Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsi
MAKNA AYAT ISTIWA' DALAM KITAB TAFSIR AL-WASID KARYA WAHBAH AZ-ZUHAILI
XML
Sesungguhnya ilmu mengenal Allah dan mengenal sifat-sifat-Nya adalah ilmu paling agung dan paling utama, serta paling wajib untuk didahulukan mempelajarinya atas seluruh ilmu lainnya, karena pengetahuan terhadap ilmu ini merupakan pondasi bagi keselamatan dan kebahagiaan hakiki, yang oleh karena itu ilmu Tauhid ini dikenal juga dengan nama Ilmu Ushul (pondasi agama). Dalam menerangkan persoalan sifat istiwa’ Allah, Asy-Syaikh Al Utsamin mengatakan bahwa partikel ىوس di dalam bahasa Arab ada 4 bentuk; tanpa imbuhan atau mujarradah, disertai imbuhan “ala” (ىلعىوتسا), dengan imbuhan “ila” (ىلإىوتسا), dan bersandingan dengan “waw”, tiga yang pertama terdapat di dalam Al Qur’an, dan masing- masing bentuk memiliki arti sendiri-sendiri. Namun yang paling banyak mendapat sorotan adalah yang kedua, yakni yang disertai dengan imbuhan “ala”.Di dalam al-Qur’an, kata istawa’ yang berkaitan dengan sifat Allah muncul sebanyak 9 kali, yaitu dalam QS.al-’Araf [7]: 54, QS. al-Furqan [25]: 59, QS. Thaha [20]: 5, QS. Yunus [10]: 3, QS.Fushilat [41]: 11, QS. al-Sajdah [32]: 4, QS. al-Baqarah [2]: 29, QS. al-Hadid [57]: 4 dan QS. al-Ra’d [13]: 2. Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang digunakan untuk meneliti objek yang alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif peneliti adalah instrumen kunci sehingga peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis datanya bersifat induktif dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Kata istiwa’ dalam bahasa Arab membawa pelbagai makna. Diantaranya “menaiki” sebagaimana dalam Q.S al-Zukhruf: 13, “sama/sepadan” sebagaimana dalam Q.S al- Zumar: 9, “menuju sesuatu” sebagaimana dalam Q.S al-Baqarah: 29, “berada di atas atau tempat yang tinggi” sebagaimana dalam Q.S al-Mu’minun: 28, “sempurna” sebagaimana dalam Q.S al-Qasas: 14, “lurus dan tegak” sebagaimana dalam Q.S al- Fath: 29, dan “bertempat” sebagaimana dalam Q.S Hud: 44. Kata istiwa’ tidak hanya bermakna “bersemayam atau bertempat”. Dalam Tafsīr Al-Wasīṭ surat thaha ayat 5 di Tafsīrkan Kita mengimani lafald istawa dengan makna tanpa keserupaan dengan makhluk,tanpa contoh,kelemahan,menyimpang,tanpa keadaan dan tanpa keterbatasan. Allah adalah dzat yang menurunkan alquran.begitu pula dia juga menguasai langit-langit, bumi dan seisinya.
Kata Kunci : Tafsīr , Istiwa’, Al-Wasīṭ
Detail Information
Item Type |
Skripsi
|
---|---|
Penulis |
Azzah Awaliyah - Personal Name
|
Student ID |
2015080042
|
Dosen Pembimbing | |
Penguji |
Dr. M. Ali Mustofa Kamal, Alh., S.Th.I.,M.S.I - - Penguji 1
Maurisa Zinira, S.Th.I., M.A. - - Penguji 2 |
Kode Prodi PDDIKTI |
76231
|
Edisi |
Published
|
Departement |
Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
|
Kontributor | |
Bahasa |
Indonesia
|
Penerbit | Universitas Sains Al-Qur'an : Wonosobo., 2022 |
Edisi |
Published
|
Subyek | |
No Panggil |
FSH-IQT 657 AZZ M
|
Copyright |
Individu Penulis
|
Doi |